
LSF Soroti Isu Kesehatan Mental dalam Konten Film dan Serial: Dorongan untuk Sensor yang Lebih Empatik dan Edukatif
Jakarta, 26 Mei 2025 — Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia mulai memberi perhatian khusus terhadap representasi isu kesehatan mental dalam film, serial, dan konten digital. Langkah ini dilakukan menyusul meningkatnya jumlah karya audio-visual yang mengangkat tema depresi, kecemasan, bunuh diri, dan trauma, namun tidak semuanya disampaikan secara sensitif dan bertanggung jawab.
Menurut Ketua LSF, keberadaan tema mental health dalam film dapat menjadi alat edukasi yang sangat kuat, namun juga berisiko menimbulkan dampak negatif jika disajikan secara eksploitasi atau tanpa konteks yang tepat. “Kami ingin memastikan bahwa representasi kesehatan mental tidak memicu imitasi berbahaya, terutama bagi penonton remaja dan dewasa muda,” ujar beliau.
LSF kini menggandeng psikolog, psikiater, dan pakar perfilman dalam menyusun pedoman sensor baru untuk konten berisiko, seperti adegan menyakiti diri sendiri (self-harm), tindakan bunuh diri, hingga glorifikasi gangguan mental.
Dalam sebuah diskusi publik bertajuk "Film, Sensor, dan Kesehatan Mental: Di Mana Batasnya?", banyak peserta menyampaikan keprihatinan bahwa beberapa film justru memicu kecemasan atau ketidaknyamanan psikologis. Di sisi lain, ada pula film-film yang membantu penonton memahami perjuangan penderita gangguan mental dan mendorong empati.
LSF menekankan bahwa tujuan sensor bukan membatasi diskusi tentang mental health, tapi memastikan penyajiannya tidak membahayakan, tidak menjadikan gangguan mental sebagai lelucon, dan tidak menyederhanakan solusi.
Sebagai tindak lanjut, LSF akan merilis label peringatan konten sensitif (trigger warning) untuk karya yang mengandung isu mental health, dan mengimbau platform OTT maupun rumah produksi untuk mencantumkan sumber bantuan profesional di akhir film.
“Film bisa menyelamatkan, tapi juga bisa menyakiti,” tegas juru bicara LSF. “Sensor bukan untuk menghalangi cerita, tapi untuk memastikan cerita itu punya dampak sosial yang sehat.”